Jumat, 10 Januari 2014

pomg


Setiap anak “berbeda”
Oleh : Ernalia Masly, S.Psi

Setiap orang tua pasti mendambakan buah hatinya menjadi anak yang, sholih, berbakti, berprestasi, dan sebagainya  tentunya dalam kontek yang baik- baik. Anak menjadi harapan orng tua memang sudah sewajarnya. Namun tidak sedikit orang tua yang menaruh harapan pada anak terlalu besar atau berlebihan,hingga tidak jarang ada orang tua yang berambisi pada anak. Maksud ambisi disini bisa berupa tuntutan akan prestasi anak. Sehingga kadang – kadang orangtua kecewa ketika anak yang diharapkan tidak bisa memenuhi tuntutan atau keinginan orang tua. Hal ini bukan berarti orang tua tidak boleh menaruh harapan pada anak – anak, namun harapan itu setidaknya disesuaikan dengankemampuan anak itu sendiri. Sehingga kekecewan itu bisa diminimalisir.
Justru dengan harapan yang kita tanamkan pada anak sudah seharusnya dapat memacu dan memotivasi anak untuk bisa berprestasi, bukan malah membebani anak. Terkadang tanpa disadari ambisii orang tua bisa membebani anak, baik fisik, mental sampai kondisi psikisnya. Situasi yang penuh beban secara tidak langsung berdampak pada anak, situasi tersebut dapat menekan konsdi anak sehingga hasilnya jauh dari harapan.
 Nah, kalau sudah begini tidak ada yang kita dapat , orang tua kecewa, anak tidak berprestasi atau bahkan menjadi stress. Perlu kita ingat bahwa kemampuan anak sudah ada kadarnya sendiri- sendiri. Baik secara fisik, akademis maupun mental. Anak- anak mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing- masing. Allah telah menciptakan setiap anak itu unik . Maksudnya disini adalah bahwa anak memiliki fisik, karakter, kemampuan yang berbeda beda. Setiap anak akan memiliki kekurangn dan kelebihannya masing- masing. Yang sama adalah setiap anak akan mengalami tahap perkembangan dan pertumbuhan, namun ini saja tetap tidak bisa kita samakan, karena pertumbuhan dan perkembangan mereka tetap akan berbeda satu sama yang lain.

Tahap awal perkembangan anak menurut Erik Erikson
1.      Tahap Trust VS Mistrus (sejak lahir – 1th)
Tahap kepercayaan seorang anak yang dibangun dalam masa pengasuhan.Pengasuhan yang tepat akan menimbulkan rasa kepercayaan anak pada orang disekitarnya
2.      Tahap Autonomy VS Shame and Doubt ( 1-3th)
Tahap dimana tumbuh rasa percaya diri anak dalam melakukan gerakan motorik seperti berjalan, berbicara. Diharapkan dalam masa ini anak diberi sedikit kebebasan dalam bertindak, jika terlalu dilindungungi akan membuat anak merasa ragu dan malu
3.      Tahap Initiative VS Guity (3-6th)
Tahap tumbuhnya inisiatif untuk melakukan sesuatu yang diinginkan baik fisik maupun dinamis seperti, mencari pengalaman baru. Jika banyak kekangan anak akan merasa bersalah saat akan melakukan suatu inisiatif

4.      Tahap Industri VS Infeority( 6-11th)
Tahap dimulainya belajar untuk bekerjasama dan bersaing dengan teman sebanyanya. Anak akan terlihat meraih keberhasilan, namun jika gagal akan merasa inferior atau rendah diri. Pada tahap ini orangtua dalam mengasuh harus memberikan penguatan untuk menumbuhkan rasa kerjasama dan keinginan untuk meraih prestasi.
Anak- anak yang duduk di kelas 3 saat ini, sedang berada dalam tahap Industri VS Infeority. Tahap dimana pencapaian prestasi sedang berlangsung. Anak- anak dapat berprestasi dengan maksimal ketika fisik,mental,pola pengasuhan, lingkungan sekitar dan sekolah berfungsi sebagaimana mestinya, atau bisa dikatakan berjalan seimbang. Setiap anak itu memiliki kemampuan yang berbeda. Bahkan anak kembarpun pasti berbeda. Anak mempunyai potensi untuk berprestasi. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua, guru dan lingkungan memberikan rangsangan dan stimulus untuk memacu potensi yang terdapat dalam diri si anak.
Setiap anak itu unik, karena Allah telah menciptakan dengan seadil- adilnya, mereka mempunyai bakat, potensi dan kecerdasan masing – masing. Menurut Howard Gardner, kecerdasan itu dapat dikembangkan menjadi 9 macam, biasa dikenal dengan Multiple intelligence.
·         Kecerdasan gambar atau spasial (Visual Spatial Intelligence) ; kemampuan dalam memvisualisasikan fenomena dalam bentuk gambar, gemar menggambar, menyenangi warna, garis, membangun balok dan mampu memberikan arah dimana suatu lokasi berada. Misalnya : arsitek, pelukis, ahli desain interior, dan pilot
·         Kecerdasan interpersonal (Interpersonal Intelligence) ; kemampuan dalam mempersepsi dan membedakan suasana hati dan perasaan orang lain. Misalnya : Mudah bergaul dengan orang lain, senang mencari teman, dan senang terlibat dalam kerja kelompok atau kegiatan yang melibatkan diskusi kelompok, mudah menyelesaikan konflik dengan orang lain.
·         Kecerdasan kinestetik atau fisik (Body Kinesthetic Intelligence) ; kemampuan dalam menggunakan anggota tuuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan. cepat mempelajari dan menguasai kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik. misal: atlet, pemain film atau drama, penari, penyulam, dan sebagainya.
·         Kecerdasan verbal – bahasa (Verbal – linguistic Intelligence) ; Kemampuan dalam penggunaan kata secara efektif secara lisan maupun tertulis, bisa mengekspresikan pikirannya secara verbal, mudah mengingat nama atau sesuatu dan mampu menulis dengan baik,  senang mengajukan pertanyaan dan diskusi.
·         Kecerdasan intrapersonal – mengenal diri sendiri (Intrapersonal Intelligence) ; kemampuan dalam memahami diri sendiri dan perilaku berdasarkan pemahaman tersebut, mudah mengenali perasaan diri, dapat menghayati puisi, drama, bermeditasi, jurnal, dan bercerita.
·         Kecerdasan musik (Musical intelligence) ; Kemampuan dalam menangani bentuk – bentuk musical, sangat sensitif terhadap bunyi dan cepat mempelajari berbagai jenis musik, lagu, dan alat-alat musik. Misal : penyanyi, composer.
·         Kecerdasan mempelajari alam (Natural Intelligence) ; kemampuan dalam mengenali fenomena alam, biologi, mengamati dan membaca kehidupan tumbuhan, binatang, serta gemar akan kegiatan pencinta alam.
·         Kecerdasan logika – matematika (Mathematical – Logical Intelligence) ; kemampuan dalam menggunakan angka dan penalaran, membuat hipotesis, dan berpikir logika lainnya. Misalnya :Ilmuwan, ahli matematika, dan computer programmer
·         Kecerdasan spiritual (Existential Intelligence) ; kemampuan untuk berpikir dalam tentang makna dan arti hidup, serta mempertanyakan “mengapa kita hidup” dan “mengapa kita mati” Di dalamnya termasuk pula kemampuan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari keseluruhan dan saling terkait.
Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, termasuk yang manakah anak kita? Kecerdasan tersebut akan berpengaruh pada prestasi anak – anak, selain itu prestasi anak juga dipengaruhi dari proses belajarnya. Setiap anak mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda pula.
Gaya belajar ada 3
1.      Tipe Visual ( belajar melalui penglihatan)   
Belajar dengan banyak melihat. Senang melihat bagaimana sesuatu dikerjakan. Biasanya anak ini        lebih suka duduk di depan dan lebih cepat mengerti jika melihat tampilan gambar, misalnya buku bergambar, diagram, video presentasi.
2.      Tipe Auditorial( belajar melalui pendengaran)
Belajar dengan mendengarkan informasi . Senang mendengarkan meskipun tanpa melihat  pembicaranya. Biasanya anak lebih suka mendengarkan ceramah atau cerita. Tulisan tidak begitu berarti bagi tipe anak auditorial samapi mereka mendengar informasi dari tulisan tersebut memalui suara.
3.      Tipe Kinestetik ( belajar melalui bergerak, melakukan dan meraba)
Belajar dengan bergerak. Biasanya anak ini tidak bisa hanya “ diam, duduk, dan dengar”, namun akan lebih mengena ketika langsung praktek atau mengalami langsung. Bisa dikatakan anak tipe ini senang bergerak.
Setelah mengetahui tahap perkembangan anak, macam- macam kecerdasan anak kemudian tipe atau gaya belajar anak, maka harapannya, kita sebagai orang tua bisa lebih bijaksana dalam mendidik dan mendampingi anak- anak belajar. Kita tahu cara yang tepat untuk mengarahkan anak tentunya sesuai dengan usia dan kemampuannya. Biarkan anak berkembang menurut bakat dan potensinya tanpa beban dari orang tua atau guru, sehingga bisa berprestasi dengan maksimal. Setiap anak itu berbeda dan bisa dikatakan unik, maka mari kitaberusaha untuk menjadi orang tua dan guru yang unik dalam mendampingi anak. Tidak perlu khawatir ketika anak kita tidak cerdas secara akademik, insyaallah masih ada kecerdasan lain yang dimiliki,. Tinggal bagaimana kita berusaha untuk mengoptimalkan kecerdasan tersebut. Akhirnya…bahwa setiap anak itu “berbeda” pasti mempunyai kekurangan, kelebihan dan kemampuan masing- masing. J
Disampaikan dalam forum POMG kelas 1 SDIT LABORATORIUM
Jumat 2 Desamber 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar